Sebuah Pandangan tentang Kaderisasi HME

Kali ini saya akan mencoba berbagi sedikit pandangan tentang bagaimana idealnya kaderisasi di HME. Saya memang bukan orang yang terbaik dan paling punya kapabilitas tentang hal ini, tapi setidaknya saya pernah menjalaninya baik sebagai peserta ataupun sebagai panitia. Dan menurut saya, perlu ada banyak perbaikan menuju kaderisasi HME yang semakin ideal. Apa yang akan saya tuliskan disini sudah pernah saya sampaikan saat LPJ Masa Bina Cinta (MBC) ataupun saat hearing calon ketua MBC, tapi alangkah baiknya jika saya tuliskan kembali supaya tetap abadi.

hme.jpg (234×283)
Sumber : http://hme.ee.itb.ac.id


Oke, kita mulai dengan bagaimana kondisi yang ada. Banyak pihak yang memberikan pujian dan apresiasi terhadap HME karena sistem kaderisasinya yang dianggap bagus. Saya pernah mendengar sendiri pujian ini. Menurut mereka, hal ini terlihat dari banyaknya massa HME yang hadir saat kegiatan supporteran dan banyaknya karya-karya keprofesian serta pengabdian masyarakat yang telah dihasilkan HME, seperti PALAPA. Di satu sisi ada kebanggaan tersendiri buat saya, tapi di sisi lain saya menganggap bahwa pujian ini terlalu berlebihan karena sebenarnya banyak masalah dari kaderisasi di HME.

asa-300x225.jpg (300×225)


PALAPA dan juara KRI-KRCI, dua bukti kesuksesan kaderisasi HME ITB
(Sumber : http://hme.ee.itb.ac.id  dan http://gautamakarisma.wordpress.com )  



Masalah utama yang ada di HME adalah tidak berjalannya kaderisasi berjenjang. Massa HME terlalu fokus mengurusi kaderisasi eventual terutama MBC, tapi kita melupakan kaderisasi yang bersifat kultural. Padahal kaderisasi kultural ini adalah kunci utama untuk menjalankan kaderisasi yang berjenjang. Semua yang bersifat eventual hanya akan memberikan efek yang sesaat dan semu, begitu pula dengan kaderisasi. Mungkin awalnya para anggota yang baru dilantik merasa bangga dan bersemangat, namun setelah itu mereka banyak yang akan menghilang karena kultur yang ada tidak membuat mereka nyaman dan menjadi berkembang.


Karena itu, menurut saya ada perubahan yang mulai harus coba diterapkan sejak saat ini. Pertama, ubahlah paradigma tentang kaderisasi. Tidak selamanya kaderisasi eventual yang lama itu memberikan hasil yang bagus. MBC tidak perlu dibuat terlalu lama, lebih baik singkat padat dan jelas serta memberikan impresi yang baik bagi calon anggota baru. Tidak semua nilai perlu diturunkan saat MBC, tapi ada skala prioritas yang harus dibuat agar MBC berjalan efektif. Saya pernah merasakan bagaimana merancang MBC dengan waktu yang lama, dan saya harus mengakui bahwa kerugiannya terlalu banyak jika waktunya dipaksa untuk lebih lama. SDM sulit untuk dicari, kepentingan dengan acara-acara lain seperti OSKM ataupun acara besar HME, dan juga tantangan-tantangan lainnya adalah kendala yang akan menghambat MBC jika dijalankan terlalu lama. Mungkin akan ada yang mendebat tentang perubahan ini, tapi saya katakan bahwa dengan sistem seperti ini ada sebuah momentum untuk bisa menjalankan kembali kaderisasi berjenjang yang efektif. Buatlah LKO sedekat mungkin dengan MBC, sehingga para anggota baru tidak merasa “menganggur” begitu mereka selesai MBC. Nilai-nilai lain yang tidak sempat diturunkan di MBC bisa dicoba untuk disampaikan di LKO sebagai bagian dari kaderisasi berjenjang ini. Selain itu, maksimalkanlah kaderisasi kultural dalam kehidupan sehari-hari mereka di HME sehingga para anggota baru tetap terjaga baik secara kualitas maupun dari keberadaan mereka. Pastikan bahwa BP HME ITB menjamin kesiapan sistem di HME. Jangan sampai terjadi kondisi dimana MBC yang sebentar dan menghasilkan output yang bagus malah tidak ditunjang oleh sistem HME yang tidak siap.


Perubahan seperti ini sulit, tapi jika ini berhasil maka akan ada perbaikan secara menyeluruh tidak hanya dari sistem kaderisasi di HME tapi juga keberjalanan BP HME ITB secara keseluruhan. Pembekalan anggota baru untuk menjadi staff BP menjadi lebih dini sehingga lebih bisa menjangkau anggota yang lebih banyak, tidak seperti selama ini dimana LKO selalu sepi peminat. Agenda HME pun menjadi lebih nyaman karena ada slot waktu yang bisa dimanfaatkan untuk event lain di awal kepengurusan baru. Pendekatan secara kultural pun akan membuat anggota baru menjadi lebih dekat dengan massa HME yang sudah senior sehingga suasana kekeluargaan pun makin terasa.


Cukup sekian sedikit pemaparan dan angan-angan saya akan perbaikan sistem di kaderisasi HME. Sekali lagi, saya bukanlah orang yang paling pintar untuk urusan ini, tapi ini semua saya tulis karena saya cinta HME dan saya ingin HME saya terus berjaya, sekarang dan selamanya. OK CHAMP!

IMG_1024-1.jpg (640×426)
Sumber : http://www.indoflyer.net

Leave a comment