Ngobrol Singkat dengan Ridwan Kamil : Berbagi Pandangan tentang ITB

Ridwan Kamil
(Sumber : http://www.indonesiakreatif.net )

Sebagian besar warga Bandung rasanya sudah tidak asing dengan sosok yang satu ini. Ya, Ridwan Kamil atau yang akrab disapa Kang Emil kini sudah menjadi tokoh masyarakat yang banyak dikenal lewat pergerakan-pergerakannya yang dilakukan lewat pembentukan komunitas-komunitas kreatif. Sebut saja Bandung Creative City Forum yang merupakan perkumpulan berbagai komunitas-komunitas kreatif di Bandung, lalu ada juga Indonesia Berkebun yang merupakan wadah bagi masyarakat yang ingin memanfaatkan lahan tidur menjadi perkebunan yang menghasilkan nilai tambah. Selain banyak menginisasi terbentuknya berbagai event ataupun komunitas kreatif di Bandung, Kang Emil juga produktif menghasilkan karya-karya yang luar biasa. Beberapa bangunan yang telah dirancang Kang Emil antara lain adalah Rumoh Aceh yang merupakan tempat mengenang tsunami Aceh, Masjid Al-Irsyad yang merupakan masjid kontemporer karena tidak memiliki kubah dan menara, dan juga rumah Kang Emil sendiri karena dibangun dengan ribuan botol kratingdaeng. Masih banyak lagi karya-karya Kang Emil yang tersebar tidak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh dunia. Sebuah pencapaian yang luar biasa dari seorang alumni kampus Ganesha.


Musem Tsunami Aceh, salah satu karya Ridwan Kamil
(Sumber : http://harian-aceh.com)

Sebuah kebanggaan tersendiri buat saya ketika beberapa hari yang lalu saya mendapat kesempatan untuk berbincang dengan Kang Emil. Di tengah kesibukannya yang saya yakin super padat, beliau masih menyempatkan diri untuk bersedia diwawancarai. Memang saya tak bisa bertanya terlalu banyak karena kesibukan beliau yang saat saya temui sedang mengadakan pertemuan dengan sejumlah lembaga di kantor LBH (Lembaga Bantuan Hukum) Bandung. Namun dalam waktu yang singkat itu saya mendapat banyak cerita-cerita menarik dari beliau, terutama tentang bagaimana membangun kepercayaan diri dan menemukan passion. Saya tidak akan bercerita tentang kedua hal ini, karena akan saya tuliskan nanti dalam artikel majalah Halo Ganesha (makanya sekalian beli ya :p), tapi saya ingin sedikit memaparkan kritikan beliau tentang ITB saat ini.

Wawancara Bersama Ridwan Kamil
(Sumber : Dokumentasi Meutia Faradilla)

Menurut Kang Emil, ITB di mata masyarakat terkesan minim kepedulian terhadap masalah-masalah di kota Bandung. Padahal kita semua tahu bahwa hampir setiap pekan banyak acara yang diselenggarakan oleh mahasiswa ITB, baik oleh himpunan ataupun unit. Kang Emil melihat bahwa masalahnya mungkin ada di dua hal, yaitu publikasi yang kurang maksimal ataupun acaranya yang memang tidak tepat sasaran dan tidak terasa di masyarakat. Acara yang dibuat lebih banyak bersifat situasional ataupun eventsaja, bukan sebuah long term initiativesataupun komitmen dari ITB. Acaranya sendiri bukan berarti jelek, namun dampaknya hanya sesaat. Masyarakat mengharapkan sebuah gerakan perubahan yang bisa menghasilkan dampak permanen bagi mereka. Padahal sebenarnya di ITB banyak inovasi-inovasi yang dihasilkan namun sayangnya tidak diterapkan di masyarakat. Simpelnya, ada ataupun tidak ada ITB sebenarnya tidak ada pengaruhnya bagi kesemerawutan kota Bandung. Sebagai orang yang dekat dengan masyarakat lewat berbagai komunitas yang dibentuknya, Kang Emil banyak mendengar keluhan-keluhan dan keinginan masyarakat tentang ITB. Karena itu Kang Emil berharap dengan kemajuan teknologi dan arus informasi yang ada sekarang, mahasiswa ITB bisa lebih dekat dan lebih cepat mengetahui seperti apa kondisi dan kebutuhan masyarakat kota Bandung pada khususnya dan juga masyarakat Indonesia pada umumnya.

Sumber : http://bandung.panduanwisata.com

Inilah sedikit hasil obrolan saya dengan Kang Emil. Mungkin ini adalah sebuah teguran bagi kita para mahasiswa ITB untuk kembali berkaca, sudah tepatkah berbagai pergerakan yang “katanya” kita adakan untuk kesejahteraan masyarakat? Ataukah jangan-jangan memang kritikan yang mengatakan bahwa mahasiswa ITB adalah jagonya event organizer itu memang benar adanya? Rasanya kita memang harus banyak mendekatkan diri lagi dengan masyarakat sekitar agar kita lebih tahu tentang apa sebenarnya yang mereka harapkan dari ITB. Oh, maaf, tidak hanya berbicara, tapi juga bertindak. Dan mungkin kita bisa belajar dari Kang Emil tentang bagaimana seharusnya kita bisa menyejahterakan masyarakat Bandung.

Nah, buat kalian yang ingin tahu obrolan saya yang lain dengan Kang Emil, silahkan beli Majalah Halo Ganesha ya 😀 *promosi*

Leave a comment